Agama Bangsa Arab [Sirah 3]
Agama Bangsa Arab
Kondisi kehidupan agama di kalangan bangsa Arab sebelum munculnya Islam. Mayoritas bangsa Arab pada saat itu mengikuti ajaran-ajaran yang mereka klaim sebagai kelanjutan dari dakwah Nabi Ismail dan Ibrahim. Namun, seiring waktu, mereka mulai melupakan ajaran-ajaran tersebut dan terjerumus dalam penyembahan berhala dan praktik-praktik syirik.
Amru bin Luhai menjadi tokoh sentral dalam memperkenalkan berhala dan praktik-praktik syirik di tengah masyarakat Arab. Ia membawa berhala Hubal dari Syam dan meletakkannya di dalam Ka’bah, serta mengajak masyarakat untuk menyembah berhala sebagai sekutu bagi Allah. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai berhala di seluruh Hijaz.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan Mekkah, tindakan tegas diambilnya dengan menghancurkan berbagai berhala di sekitar Ka’bah. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya membersihkan tempat suci dari praktik-praktik syirik dan menyucikannya dari segala bentuk penyembahan selain Allah.
Dalam sejarah, Bangsa Arab aktif terlibat dalam praktik-praktik penyembahan berhala, seperti melakukan penyembelihan hewan untuk berhala, membuat nazar kepada berhala, dan melaksanakan berbagai ritual lainnya yang dianggap dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertindak untuk menghapuskan praktik-praktik tersebut, menegaskan tauhid, dan menyucikan ibadah kepada Allah semata.
Selain penyembahan berhala, masyarakat Arab juga terjerumus dalam praktik-praktik khurafat, seperti mengandalkan anak panah untuk mengambil keputusan, keyakinan terhadap ramalan, dukun, ahli nujum, dan kepercayaan pada nasib baik atau buruk berdasarkan tanda-tanda alam.
Agama-agama lain, seperti Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Shabi’ah, juga mendapat tempat di tengah masyarakat Arab. Yahudi memiliki peran signifikan terutama di Yatsrib (Madinah), sementara Nasrani memasuki wilayah Arab melalui pengaruh Romawi dan Habasyah. Agama Majusi lebih banyak berkembang di wilayah yang berbatasan dengan Persia, sedangkan agama Shabi’ah memiliki pengaruh di masyarakat Arab di Iraq dan sekitarnya.
Penting untuk dicatat bahwa kondisi kehidupan agama pada masa itu dipengaruhi oleh perubahan politik, ekonomi, dan sosial di kawasan tersebut. Meskipun ajaran-ajaran Ibrahim masih ada di tengah-tengah masyarakat, penyimpangan dan penyelusuran dari ajaran asli telah mengubah wajah agama di kalangan bangsa Arab.
1 comment