Dakwah Sembunyi-sembunyi Saw [ Sirah 8 ]
Aksi Rasulullah Saw dalam Menyebarkan Dakwah
Dakwah Sembunyi-sembunyi merujuk pada awal dakwah Islam di Mekah, di mana Nabi Muhammad ﷺ dan sahabatnya menyebarkan Islam secara rahasia untuk mengatasi oposisi dan risiko. Pada awal misi kenabian Nabi Muhammad ﷺ, yang dimulai sekitar tahun 610 M, peristiwa ini terjadi.
Pada saat itu, Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril di Gua Hira. Beliau diutus sebagai rasul untuk menyampaikan ajaran Islam kepada manusia. Namun, respons awal dari masyarakat Mekah sangat bervariasi, dengan beberapa orang menerima ajaran tersebut, sementara yang lain menentangnya secara keras.
Ketika Nabi Muhammad ﷺ dan sahabat-sahabatnya membuka diri dalam menyampaikan pesan Islam, mereka menghadapi oposisi dan persekusi serius dari suku Quraisy dan penguasa Mekah. Oleh karena itu, dalam beberapa situasi, mereka melaksanakan dakwah secara sembunyi untuk melindungi diri dan memastikan kelanjutan penyampaian pesan Islam.
Beberapa contoh dari periode dakwah sembunyi-sembunyi ini termasuk pertemuan rahasia di rumah-rumah sahabat, serta pengajaran secara pribadi kepada orang-orang tertentu. Salah satu tokoh penting dalam dakwah sembunyi-sembunyi adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad ﷺ, yang aktif dalam menyebarkan Islam di awal masa kenabian.
Dakwah sembunyi-sembunyi berlangsung hingga tahun 613 M, sebelum Nabi Muhammad ﷺ mendapatkan perintah untuk berdakwah secara terbuka. Kemudian, beliau mulai mengajak masyarakat Mekah secara terang-terangan untuk memeluk Islam.
Pada awal periode dakwah di Mekah, Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat aktif dalam menyebarkan ajaran Islam, meskipun dihadapi berbagai rintangan. Penganiayaan fisik dan verbal terhadap umat Muslim semakin meningkat, dan keadaan semakin sulit bagi mereka. Di tengah tekanan ini, Nabi Muhammad ﷺ dan sahabat-sahabatnya terus melakukan dakwah dengan cara yang bijaksana dan hati-hati.
Upaya Rasulullah Saw Melindungi Para Sahabat
Untuk melindungi sahabat dan memastikan kelangsungan dakwah, Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan mereka berdakwah secara sembunyi. Mereka mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia di rumah-rumah, tempat-tempat yang aman, dan mengajar orang-orang tentang ajaran Islam dengan cara yang lebih privat. Pada saat itu, keselamatan dan keberlanjutan dakwah menjadi prioritas utama.
Selain Abu Bakar Ash-Shiddiq, tokoh lain seperti Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan yang lainnya juga ikut serta menyebarkan pesan Islam melalui dakwah sembunyi-sembunyi. Meskipun sulit dan penuh risiko, semangat dan ketekunan mereka dalam menyebarkan ajaran Islam tidak surut.
Dakwah sembunyi-sembunyi tidak hanya berfokus pada pengajaran agama, tetapi juga melibatkan upaya memperkuat kekuatan dan persaudaraan di antara umat Muslim. Para sahabat saling mendukung dan menjaga satu sama lain dalam menghadapi tekanan dan penganiayaan.
Periode dakwah sembunyi-sembunyi berkembang ke tahap-tahap berikutnya dalam sejarah Islam, seperti hijrah ke Madinah (622 M), perjanjian Hudaibiyah (628 M), dan akhirnya, pembukaan Mekah (630 M). Semua peristiwa ini membentuk perjalanan dakwah Islam menuju penerimaan yang lebih luas di masyarakat Arab dan beyond.
Post Comment