Yaman bukan Agresor Seperti Saudi, UEA dan Bahrain

Yaman bukan Agresor Seperti Saudi, UEA dan Bahrain

Dibalik Terjadinya perang Yaman

Yaman bukan Agresor Seperti Saudi, UEA dan Bahrain – Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik al-Houthi menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pihak yang diuntungkan oleh perang di Yaman sehingga tak menginginkan redanya perang di Yaman, dan bahwa bangsa Yaman tidak akan pernah mengagresi negara Islam manapun karena bangsa Yaman tidak seperti dinasti yang berkuasa di Saudi, UEA dan Bahrain.

Dalam peringatan para martir Yaman, Rabu (7/12), Al-Houthi memastikan bangsa Yaman pantang menerima pasukan pendudukan mendalikan situasi politik Yaman, menjarah kekayaanya dan merendahkan martabat bangsa ini.

“Musuh bahkan tak menghargai antek bayarannya. Sebagian orang menjadikan keluarganya sebagai jaminan di tangan UEA demi membuktikan kesetiaan mereka, dan ketika AS, Inggris, Saudi dan UEA ingin memenjarakan salah seorang anteknya, mereka memenjarakannya begitu saja,  menghina dan merendahkannya, sekalipun antek itu adalah orang yang mereka sebut presiden atau menteri,” ujar Al-Houhi.

Dia menyebutkan bahwa koalisi agresor memiliki dua faktor utama yang menyebabkan rakyat Yaman berperang.

“Pertama adalah adanya orientasi pembebasan  kaum merdeka negara ini.  AS, Israel, Inggris dan antek  regional mereka ingin Yaman kacau dan tunduk kepada mereka,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Musuh ingin mendirikan pangkalan mereka dimanapun di Yaman, mengendalikan fasilitasnya, dan membuat situasi politik tunduk kepada mereka hingga pada batas di mana merekalah yang memilih siapa yang akan menjadi presiden atau perdana menteri.”

Sayyid Al-Houthi juga mengatakan, “Musuh ingin mengambil kepentingan bangsa kita dari minyak dan gasnya; bangsa kita hanya mendapatkan remah-remah dan kondisi hidupnya tetap dalam kesusahan, dan ratusan miliar masuk ke perusahaan AS dan Eropa.”

Mengenai perkembangan perundingan dengan pihak yang disebutnya agresor, Al-Houthi mengatakan bahwa perundingan itu masih jalan ditempat akibat ulah AS yang memang  menjadi “biang kerok persoalan”.

Siapa yang diuntungkan

“AS-lah yang mengambil keuntungan dari perang, dan tidak menghendaki perdamaian kecuali yang dapat diambil keuntungan darinya, dan perdamaian demikian bagi kami adalah menyerah,” tegasnya.

Dia mengatakan, “Kebijakan permusuhan koalisi agresi merugikan semua orang Yaman, bahkan di wilayah yang diduduki. Masalah mereka dengan bangsa kita  adalah bahwa mereka ingin menjadikan bangsa ini terjajah, kacau serta kehilangan kemerdekaan dan kebebasannya. Mereka ingin menghapus identitas keimanan yang dengannya Allah memuliakan bangsa ini, dan Rasulullah saw juga telah mengumumkan demikian ketika beliau bersabda, ‘Iman adalah Yaman, dan hikmah kebijaksanaan adalah Yaman.’”

Yaman bukan Agresor Seperti Saudi, UEA dan Bahrain

Mengenai faktor kedua, dia menjelaskan, “Problema kedua pihak agresor dengan bangsa Yaman ialah mereka ingin Yaman menormalisasi hubungan dengan Israel serta memusuhi bangsa Palestina, kaum merdeka, dan Republik Islam Iran tanpa sebab.”

Dia menambahkan, “Iran tidak akan memerangi kita, dan tidak akan mengagresi kita, dan justru menyatakan pendirian yang berbeda dengan semua negara dalam bersimpati kepada bangsa kita. Mereka (kubu agresor) juga ingin kita bermusuhan dengan Hizbullah yang justru memiliki pendirian yang sangat mulia terhadap kita. Mereka ingin kita memusuhi kaum merdeka Irak yang sama sekali tak mengusik kita.”

Sayyid Al-Houthi lantas menegaskan, “Bangsa Yaman tak kan pernah mengagresi negara Islam manapun demi  AS dan Israel, seberapa jauh pun apa yang mereka lakukan dan apa yang dikatakan oleh para antek mereka. Kami bukan seperti Saudi, UEA, dan klan Al-Khalifa di Bahrain. Kami bukan orang yang mendapat pengarahan dari AS.” Intinya Yaman bukan Agresor Seperti Saudi, UEA dan Bahrain

Post Comment