Fatimah az–Zahra | Resensi Buku

Fatimah az–Zahra | Resensi Buku

Judul                  : Fatimah az–Zahra (Kerinduan dari Karbala).

Penulis               : Sibel Eraslan.

Penerjemah        : Aminahyu Fitriani.

Penyunting         : Koeh.

Penerbit              : Kaysa Media.

Jumlah halaman : 520


Apa Sih Novel Fatimah az–Zahra..?

Sebuah novel berjudul Fatimah az-Zahra bercerita tentang seorang penyair bernama Zebun bin Mesta Efendi yang kehilangan semua harta miliknya. Semua barang miliknya terbakar habis dalam waktu singkat. Dia tidak meninggalkan apa-apa selain piyama dan overall wol. Karyanya, Diwan az-Zahra, juga musnah dilalap api.

Ia pun terus berusaha meyakinkan orang lain bahwa Diwan az-Zahra adalah karyanya. Diwan az-Zahra menjadi karya terkenal saat itu dan diatributkan kepada 40 penyair. Karbala menyaksikan sakitnya operasi yang diderita Sayyidina Hasan dan Hussein saat peristiwa Karbala. Tempat ini juga menjadi saksi pertemuan hamba Allah yang mencintai keluarga Nabi dengan cintanya yang murni dan mendalam. Walikota Karbala mengundang Zebunpun untuk menceritakan 40 cerita Divan kepada semua orang selama 40 hari.

Kisahnya dipadukan dengan Baginda Nabi dan kisah Fatimah az Zahra serta ahli syairnya yang akan memukau setiap orang yang membacanya. Sungguh keluarga yang sempurna. Fatimah az-zahra lahir dari keluarga yang menyebarkan kedamaian. Sebuah keluarga yang menjalankan rumah tangga mereka dengan cinta dan rasa hormat. yang harus ditiru semua. (p. 69). Keluarga Uswatu Hasanah ini selalu mengajarkan untuk hidup sederhana dan membantu sesama.
Dikisahkan tentang Sayyid Hasan dan Husein yang sering berpuasa karena tidak ada makanan di rumah. Mereka terbiasa berpuasa, bahkan siap mengantarkan makanan cepat saji yang mudah rusak kepada yang memintanya. Kisah mana yang benar-benar mengajarkan kita untuk selalu mendahulukan orang lain dan tidak egois?

Diwan juga menceritakan tentang sekelompok orang yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah dengan menaiki kapal dan berjalan di jalur Madinah. Kelompok itu sebelumnya termasuk Nuretti, Abbas, nenek Destigul Tikriti dan Hasyim. Mereka menyeberangi lautan gurun dengan pencobaan penuh. Grup tidak pernah berhenti memperbaiki banyak rintangan yang sangat berat saat bepergian. Husrev Bey bertemu dengan seorang anak laki-laki yang awalnya disalahartikan sebagai putranya, yang kembali ke rumah untuk mengucapkan selamat tinggal padanya dan pergi selama empat puluh hari. tetapi anak itu adalah seorang laki-laki bernama Hasim, “Hamba Pakaian”. Kerinduannya akan seorang anak sepertinya terobati dengan kehadiran anak itu. Kemudian mereka berbagi cinta yang sama, yaitu cinta Hasan dan Husein, yang membuat keduanya meneteskan air mata yang sama.

Junaydi Kindi, seorang pengusaha terkenal, kehilangan istri dan anak-anaknya dalam perampokan di padang pasir enam belas tahun yang lalu. Namun karena mimpi tersebut, ia percaya bahwa anaknya masih hidup dan suatu saat akan dipertemukan kembali.

Ada juga kisah Nenek Destibuli, seorang nenek yang buta namun menjalani hidupnya dengan penuh semangat. Dia tinggal bersama cucunya Abbas.
Ramadhan Usta, seseorang yang dulunya bandit namun menemukan cahaya Islam semasa hidupnya sehingga bertaubat.

Junaydi Kindi membutuhkan pembantu dan kemudian membawa Abbas dalam perjalanan sebagai pembantu. namun sayang ia mengalami hal yang tidak menyenangkan pada perjalanan keduanya, oleh karena itu Abbas ditangkap dan Junaydi Kind bersumpah akan pulang dalam waktu tertentu. Sayangnya, dia tidak memenuhi janjinya saat itu karena situasi di Karbala tidak aman sehingga dia tidak bisa pergi ke sana untuk mendapatkan saksi pembebasan Abbas.

Sayangnya, dalam perjalanan pulang dia bertemu dengan seorang gadis yang orang tuanya terbunuh di depan matanya. Situasi ini tidak menguntungkan baginya dan membuatnya semakin sulit. Nama gadis itu adalah Nesibe. tapi kemudian keadaan kembali normal. Singkatnya, Junaydi Kindi mengetahui bahwa Abbas adalah putranya yang hilang yang diasuh oleh neneknya Destigul. Tokoh-tokoh ini dipersatukan dalam perjalanan darat dari Karbala ke Mekkah. Sayang sekali nenek Destigul meninggal dalam perjalanan. Sesampainya di Madinah, terjadi peristiwa di mana Abbas dan Nesibe dituduh memakan kurma yang jatuh dari pohon. Hasyim, menanggung beban kesalahan untuknya. tapi sayangnya dia ditebus untuk menikahi putri pemilik kebun untuk menebusnya. Pernikahan berlangsung di Mekkah.

KELEBIHAN NOVEL FATIMAH AZ-ZAHRA

Kelebihan dari novel ini adalah dengan membaca novel ini kita akan mendapatkan informasi baru tentang kehidupan Nabi dan keluarga darimana Ali bin Abi Thalib berasal. Mulai dari Fatimah menerima lamaran Ali bin Abi Thalib hingga kehidupan pribadinya yang penuh dengan penjajaran menarik dengan kisah rombongan yang hendak menunaikan ibadah haji melalui Madinah.

kumpulan karya yang sangat menarik yang akan membuat pembaca semakin mensyukuri dan merindukan sang kekasih yang suci. Selama perjalanan mereka menerima kutipan dari cerita tentang kehidupan Nabi dan keluarganya. Kisah keagungan Fatimah az-Zahra dikemas sedemikian menarik, inspiratif dan begitu pas disampaikan. Penulis mampu menggabungkan kedua cerita tersebut, dengan menggunakan cerita Hasyim dkk. digunakan sebagai alur depan sedangkan kisah ibu Fatimah disajikan sebagai alur campuran. Fragmen-fragmen tersebut sangat pas sehingga pembaca dapat menikmati kedua cerita tersebut secara bersamaan. Masih banyak cerita tentang Fatimah az-Zahra yang lebih menarik untuk dibaca sendiri.

KEKURANGAN NOVEL FATIMAH AZ-ZAHRA

Salah satu kelemahannya adalah kurang dapat dicerna. Karakternya juga banyak, jadi pembaca terkadang kesulitan mengingat – jangan lupa cerita siapa yang diceritakan sebelumnya. Ada juga kata-kata Arab yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti Al bala u lil Wilai kal’lahabu liz’zahabi, yang tidak semua orang mengerti.

Post Comment